Wednesday, August 19, 2015

Salah pilih

Hari ini rasanya lelah sekali, baik pikiran maupun badan. Teringat percakapan beberapa hari lalu bersama salah satu teman kampus. "Ya memang bukan disini minat dan bakat kita, tapi bagaimana pun yang sebaiknya kita lakukan adalah belajar mencintai". Kata-katanya ada benarnya, tetapi kasus yang dihadapi disini adalah tentang apa jadinya kalau kita sudah BELAJAR mencintai tapi tak pernah bisa untuk benar-benar cinta.
Flashback ke masa lalu, saat jurusan teknik komputer sedang nge-trend aku juga ikut-ikutan masuk ke jurusan itu. Tanpa aku tau hal apa yang akan dipelajari disana. Hanya beberapa gambaran, perbaiki komputer dan merakit komputer. Wow, merakit!! Mendengar kata itu aku sungguh tertarik, bagaimana mungkin alat secanggih itu bisa dirakit oleh seorang anak SMA? Tak sabar menunggu waktu belajar tiba. Nah, saat ketidaksabaranku terjawab bukan kepuasan yang kudapat. Aku kecewa, ternyata merakit dalam arti yang sebenarnya adalah membongkar dan memasang seperti permainan anak kecil, membongkar dan memasang puzzle. Maaf, tak ada maksud menyinggung. Hanya mengutarakan kekecewaan saja... Pertama, beli casing cpu, beli harddisk,beli RAM, beli ini, beli itu.. pasang, pasang, baut, baut dan obeng-obeng. Semua serba beli.. Tak apa, walaupun di bidang ini aku sedikit salah prediksi, namun di mata pelajaran lain seperti matematika,b.inggris aku masih tertarik..
Waktu berlalu, selesailah masa SMA... Jelas saja, aku mengulangi kebodohan yang sama. Saat memutuskan untuk melanjutkan pendidikan aku malah memilih jurusan Sistem Informasi yang banyak awam sebut, jurusan komputer.. :D
Sebenarnya ada beberapa faktor yang membuat aku memilih kampus dan jurusan ini.
1. Aku sudah mencoba mendaftar ke perguruan tinggi Negri yang tanpa muluk-muluk dari kampus pertama sampai kampus ketiga aku meng-klik pendidikan bahasa inggris. Karena disitulah passion ku berada. Tapi di jalur pertama aku gagal. Kemudia aku mengambil jalur test, sama seperti sebelumnya, universitas 1-3 aku pilih bahasa inggris lagi. Saat tes tiba, betapa terkejutnya aku melihat soal yang WOW, mau kuliah bahasa inggris saja kenapa aku harus menjawab soal Matematika yang jawabannya entah didapat darimana, soal bahasa Indonesia yang pilihan jawabannya tak ada yang salah, jawab soal ips. Mengingat basic sekolah menengah kejuruan, aku tak bisa menyalahkan soal atau apapun. Apalagi bimbingan belajar juga tak pernah aku masuki sekalipun. Mulai dari sini, aku sudah meng-klaim bahwa bahasa inggris bukanlah jodohku.
2. Dikarenakan niat untuk kuliah dengan biaya sendiri aku memilih kampus yang biaya masuk awal ya sesuailah dengan gaji bulan itu. Dan ternyata kampus yang aku pijaki sekaranglah yang pas dengan kondisi kantong. Dan resiko beratnya adalah aku harus berhadapan dengan komputer lagi.

Waktu berlalu begitu cepat, saat semester pertama semua mata kuliah ku sapu bersih.. Tak ada  yang sulit aku kira. Dan mulailah aku semangat mungkin disinilah cintaku berlabuh. Ya hadiahnya adalah IP cum laude, 3,90 with 4,00 scale. Almost Perfect!!!
Tetapi di semester ini, semester 2 aku mulai merasakan tantangan gilanya. Karena banyak mata kuliah yang membahas pembuatan program dan aku harus berkutat dengan koding-koding yang terkadang aku harus mengutuki diriku sendiri setelah langkah yang di ambil semudah itu saat sang dosen menjelaskan.
Tapi, apakah ini salahku jika aku tak bisa nalar terhadap mata kuliah ini? Aku sudah memberi focus yang baik, perhatian yang baik. Tapi mengapa tak bisa ku tangkap?? Mulailah di semester ini aku sadar bahwa aku tak lebih dari seorang pecundang. Aku paling gengsi dengan istilah copy paste. Aku paling tak kenal kata menyerah. Tapi karena tuntutan nilai gono gini, aku mulai membohongi diriku. Aku malas buat tugas, aku lebih suka menjadi seorang tukang edit, ujian aku lebih banyak berpasrah. Seperti tadi, saat ujian desain web. Aku sudah berusaha, tetapi aku tetap tidak bisa. Ingin rasanya menumpahkan semua air mata yang tertahan. Sudah gagal, malah diberi tugas perbaikan pula. Yang lebih sulit pula. Oh, God.. yang mudah saja belum bisa, bagaimana yang sulit?

Seseorang menyarankan kepadaku untuk drop out dan mengambil jurusan bahasa inggris saja yang sesuai dengan passionku. Tapi seperti makan buah simalakama. Mengingat perjuangan menghabiskan seluruh gajiku selama setahun rasanya seperti anak pejabat saja, suka buang-buang uang. Dan, umur menuju 21 ini benar-benar menyiksaku, yang seharusnya aku sudah berada di semester 7.

Stuck..

Semoga diluar sana, tak adalagi korban salah pilih... Jangan pernah bohongi hatimu!!

Tuesday, August 11, 2015

Disaat cintaku mengalahkan logika part-3

Terus aku bales lagi pesan dari ucok isinya gini nih...
"Masih kenal aku gak?? Jangan keseringan begadang yah, gak bagus" and then pesan itu nyampe ke dia.
But, aku baca ulang. Loh?? Kok kesan nya isi pesan aku over perhatian gitu ya? tapi udah terlanjur terkirim, kalo mau ngebatalin aku harus datangin Bang Mark Zuckerberg dong ke Amerika Serikat supaya dia batalin inbox aku ke ucok. Hahaha.
Tapi jujur, di balik pesan singkat ku tadi terkandung ketulusan di dalamnya. Aku ngetik pesan itu pakai hati melalui jemari.. hehehe

Dan percakapan pun berlanjut, biasalah cowok.. Tak pernah lepas dari gombal. Ya, walaupun begitu aku tetap senang karena bisa nanya-nanya. Dia muncul dari planet mana, Hobinya apa, mantannya berapa, udah kelas berapa, perjaka atau giman, bla,bla, bla,bla and bla..

Lama kelamaan chattingan ama dia itu sudah menjadi rutinitas, tiap malam tanpa jeda. Pas.. pas banget dia ada disaat masa itu adalah masa tersulit di dalam hidupku. Dimana aku harus kehilangan sumber rupiah untuk hidup dan kuliah. Nyari sumber rupiah lain tak secepat membalikkan telapak tangan. Aku senang dia ada, aku bersyukur. Setidaknya menjelang tidur di malam hari aku merasa sedikit tenang, karena ada angin sejuk yang menenengkan hatiku.

Waktu berlalu begitu cepat, tibalah saat nya untuk kami bertemu di dunia yang sebenarnya. Aku berterimakasih kepada facebook karena ia membuka kesempatan kepadaku untuk bertemu dengan nya. Kami mengatur janji untuk bertemu di malam minggu, sedikit deg-degan tapi tak apalah bisa diatasi karna yang akan ku temui seorang ucok bukan seorang jokowi.

Bersambung..