Wednesday, October 14, 2015

Disaat cintaku mengalahkan logika part-4



            Handphoneku berdering, sebuah pesan masuk… Jantungku terasa berdetak lebih cepat dari biasa. Rasa penasaranku mengundang gerak reflek dari tanganku untuk membuka pesan itu lebih cepat. Aku terkesiap melihat nomor baru yang masuk dan benar-benar bahagia membaca pesan yang ternyata dari Ucok J. Dia mengatakan bahwa ia sedang dalam perjalanan menuju rumahku. Aku tak menyangka, karena sebelumnya aku sudah mengatur  rencana barangkali dia tidak datang atau dia terlalu canggung, dsb. Dan ternyata kali ini dia memberi sebuah kepastian untuk segera berpakaian dan berdandan sebaik yang aku bisa.
            Dengan sigap, aku mengambil baju pink yang menurutku saat itu, itu adalah baju terkeren yang pernah ada. Dan jauh hari aku sudah merencanakan untuk mengenakannya saat bertemu dengannya. Setelah aku rasa pakaianku cukup baik, aku mengambil peralatan make-up ku yang tersedia seadanya. Aku mengoleskan bedak ke wajahku, memakai pensil alis karena apa jadinya bentuk wajahku tanpa si pensil alis ini. Hihihi… Selanjutnya, ku kenakan eye liner dan mascara seadanya. Jujur, aku tak ingin meninggalkan kesan menor saat bertemu dengannya.
            Nah, saat hendak mengenakan lipstick, tiba-tiba aku tekejut akan suara seseorang. Roommate ku, dia berkata “Pakai lipstick warna pink saja, biar manis”. Akupun sependapat dan memakainya. Tipis, namun rapi. Setelah semua selesai, kembali aku menatapnya. “Manis sekali” katanya. Hahaha.. Pujiannya membuat pedemeter ku naik. Kemudian, sms masuk ke handphoneku lagi, ternyata dia sudah sampai. Well, selanjutnya aku berpamitan kepada roommate ku dan setelah itu meluncur ke TKP.. :D
            Aku benar-benar deg-degan. Dia sudah menungguku dan kami akan bertemu secara langsung. Sampailah sudah, aku celingak-celinguk berharap ada sesosok wajah yang benar-benar ingin aku lihat. Semakin cemas, dia tak ada. Ku ambil handphoneku dan menanyakan dia ada dimana. Tetapi tunggu dulu… Aku melihat bayangan seorang lelaki di belakang mobil. Jelas aku melihatnya dan aku benar-benar yakin bahwa dialah orangnya. Itu si Ucok. Jantungku semakin tak karuan, dan yang paling mencemaskanku kenapa dia tak langsung datang kehadapanku? Apa dia kira aku tak tau dia sembunyi disitu? Haahaha..
            Beberapa saat kemudian, dia bergerak dan menyalakan sepeda motornya dan akhirnya muncul dihadapanku. Uh, leganya!! Aku berdiri malu-malu sambil melihatnya. Dan aku rasa diapun sedikit malu. Dia memandangku sebentar sambil tersenyum kemudian segera mengalihkan pandangan ke arah lain. Aku rasa sedikit kecanggunganku buyar, aku mulai tersenyum melihatnya yang sepertinya speechless dan benar-benar, wow canggung. Aku tak pernah melihat reaksi lelaki seperti ini sebelumnya, dan hal ini benar-benar membuang semua kecanggunganku dan mungkin beberapa menit lagi, sifat agresif gilaku pecah. Hihihi..
            Aku mulai sedikit berbasi-basi kepadanya, dan tak lama ia menyalamiku sebentar sekali, kemudian menarik tangannya, buang muka sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil tertawa. Wow, lelaki ini sungguh pemalu. Geli melihatnya, karena mengingat beberapa lelaki yang sudah pernah kencan denganku sebelumnya, selalu mendominasi percakapan. Tetapi dia tidak, dia berbicara saat ditanya saja. Seperti narapidana yang sedang diinterogasi saja. Hahaha… Dan sekali lagi, hal ini benar-benar membuatku merasa tertantang. “Kita kemana nih?”, tanyanya.. Padahal di chatting sebelumnya, kami sudah memutuskan untuk stay di rumahnya saja, sekedar ngobrol. “Tetapi kemarin sudah fix kalau kita ke rumahmu saja.”, jawabku seadanya. Ada sedikit lega di air mukanya, dan kemudian kamipun pergi menuju tempat yang aku kira akan menjadi saksi bisu tentang kehidupan cinta kami selanjutnya.
*To be continue ….

No comments:

Post a Comment