Segala hal yang
berhubungan dengan pendidikan merupakan suatu hal yang sangat menarik untuk
dibahas karena pendidikan menjadi faktor pendukung utama untuk menunjang
cerahnya masa depan seseorang. Seperti kutipan indah dari Plato “Arah yang diberikan pendidikan adalah untuk
mengawali hidup seseorang yang akan menentukan masa depannya”
Namun, pendidikan
bukanlah semata-mata sebuah kata yang hanya terdengar menarik dan terkesan
intelek. Pendidikan haruslah terealisasikan dalam kehidupan setiap pelajar.
Untuk itu, perlulah diterapkan kedisiplinan dalam pendidikan. Garis besar kedisiplinan
yang dimaksud seperti tak pernah absen mengikuti pelajaran, selalu mengulang
pelajaran yang sudah diterima dari guru atau dosen, tidak melakukan kecurangan
disaat ujian dan sebagainya.
Hanya saja, bagaimana
menerapkan kedisiplinan tersebut tetapi menjunjung tinggi pendidikan yang
bersahabat di dalamnya?
Berikut beberapa hal
yang bisa diaplikasikan untuk menerapkan kedisiplinan dalam pendidikan yang
bersahabat.
1.
Sebaiknya
para pendidik (guru/dosen) mendidik peserta didik dengan menggunakan cara yang
lebih lembut atau penuh dengan motivasi layaknya seorang sahabat yang mengajar
sahabatnya sendiri atau seorang kakak yang sedang mengajar adiknya.
Sering
didapati didalam kelas bahwa banyak pendidik yang suka menggunakan kata-kata yang
bersifat mengancam seperti “Jika tidak
menyelesaikan tugas akan berdiri seharian di depan kelas atau dijemur di tengah
lapangan yang terik”. Hal ini akan lebih baik jika diganti dengan “Jika tidak menyelesaikan tugas menandakan
anda tidak menghargai upaya saya sebagai guru/dosen yang sudah meluangkan waktu
untuk memikirkan tugas apa yang harus diberikan untuk menambah wawasan para
siswa/ mahasiswa saya?” Jika hal ini terealisasikan, maka sisi nurani
peserta didik akan tersentuh dan mulai memikirkan bahwa sang guru/dosen sangat
peduli kepada anak didiknya. Dan yang menjadi senjata pamungkas tenaga pendidik
adalah kepedulian. Seperti dikutip dari kata-kata bijak Marva Collins “Kau bisa membayar orang untuk mengajar tapi
kau tak bisa membayar mereka untuk peduli”
2.
Sebaiknya
siswa/mahasiswa dididik dengan memberikan sebanyak-banyaknya ilmu pengetahuan
dengan cara mengajar dan menjelaskan materi bukan memfotocopy dan menyerahkan
materi untuk dipelajari siswa/mahasiswa secara otodidak.
Para
pendidik yang bersahabat atau dengan kata lain peduli kepada siswa/mahasiswanya
pasti mampu menjelaskan suatu materi dengan cara yang paling sederhana namun
berkualitas. Apa yang terjadi jika para pendidik mampu menjelaskan materi
secara komprehensif? Jawabannya para peserta didik tak membutuhkan kecurangan
atau bantuan apapun disetiap ujian. Karena apa? Karena para peserta didik sudah
dibekali senjata yang sangat hebat dari guru/dosen yang bersahabat.
3.
Pendidikan
sebaiknya menjadi satu wadah yang disenangi para peserta didik bukan suatu hal
yang dibenci atau bahkan ditakuti. Banyak anak-anak yang kurang memiliki
semangat untuk pergi ke sekolah karena panjangnya jam belajar yang harus diikuti
dan banyaknya mata pelajaran serta ujian yang harus diselesaikan. Disiplin
bukan berarti tertekan namun menjadikan segala sesuatu teratur guna mencapai
hasil yang baik. Begitupun dengan tekanan yang banyak untuk siswa/mahasiswa
terkhususnya siswa dibangku sekolah, semoga ada revisi dari Kementrian Pendidikan
atau yang terkait mengenai kedisiplinan namun untuk pendidikan yang bersahabat.
Kesimpulannya, penerapan
kedisiplinan dalam pendidikan yang bersahabat ada ditangan semua oknum yang
terkait. Bukan hanya siswa yang harus disiplin tetapi juga guru yang sebaiknya
lebih bersahabat dan tentu saJa pemerintah yang selalu mendukung. Semoga
pendidikan di Indonesia bisa menjadi sistem pendidikan yang bisa diteladani
oleh Negara lain. Semoga