Tuesday, December 5, 2017

Mahasiswa Sebagai Pendorong Perubahan Kegiatan Bermedia Sosial Yang Beretika, Bijak Dan Berkualitas

Zaman sudah berubah, yang dahulu masyarakat selalu berkumpul dan mengobrol untuk sarana hiburan kini masyarakat cenderung memilih teknologi sebagai teman dalam mengusir kejenuhan atau sebagai media komunikasi kepada orang-orang sekitar. Teknologi yang sangat populer di abad ke-21 ini adalah media sosial.
Berdasarkan data terakhir dari Kementrian Komunikasi dan Informasi, 95% dari 63 juta pengguna internet memiliki akun media sosial. Baik itu Facebook,Whatsapp, Twitter, Instagram, Line, dan sebagainya. Media sosial pada awalnya sangat membantu masyarakat untuk berkomunikasi tanpa terhalang jarak dan waktu dan tentu saja tanpa biaya yang terlalu mahal. Kerabat yang sudah sempat menghilang karena tidak memiliki kontak untuk dihubungi bisa ditemui kembali berkat media sosial.
Semakin berkembang, media sosial kini sudah melebarkan fungsi dari sebatas penghubung antar satu user ke user lain, kini sudah menjadi sarana untuk menuangkan pendapat, berbagi informasi dan bahkan laman diskusi. Namun, selain fungsi yang disebutkan tadi media sosial juga memiliki fungsi lain yang sayangnya bersifat negatif.
Banyak para pengguna media sosial yang salah kaprah dalam mengartikan kegiatan bermedia sosial. Sebagian menggunakannya sebagai sarana menyebarluaskan kebencian, berita bohongan atau hoax, bahkan sebagai sarana untuk memamerkan harta benda. Media sosial akhir-akhir ini digunakan untuk memecahbelah banyak pihak karena masalah perbedaan agama, pandangan politik bahkan karena perbedan ras. Selain itu, media sosial juga sering digunakan untuk menyebarkan berita hoax dengan tujuan mendapatkan likes maupun jumlah shares yang banyak semata-mata untuk mendapatkan keuntungan secara materi. Dan yang sangat disayangkan, akibat banyaknya foto glamour yang diunggah oleh sebagian pihak menyebabkan remaja-remaja yang seharusnya memikirkan pendidikan beralih minat untuk mengikuti trend dan menginginkan kemewahan. Lain hal lagi, saat beberapa pengguna media sosial yang kurang bijak memamerkan foto-foto mesra bersama pasangan padahal hal tersebut kurang pantas untuk dibagikan, menyebabkan banyak orang ingin melakukan hal yang sama, dan mirisnya hal tersebut diiginkan oleh anak-anak SD.
Untuk itu, mahasiswa sebagai generasi yang memiliki idealisme dan tingkat intelektual yang tinggi harusah menjadi pendorong perubahan dalam bersosial media sehingga para pengguna menggunakan media sosial secara beretika, bijak dan berkualitas. Apa yang sebaiknya dilakukan mahasiswa untuk mendorong perubahan tersebut? Mahasiswa memiliki tempat tersendiri dalam masyarakat, sehingga pendapat dan saran dari mahasiswa sangat mempengaruhi berbagai pihak. Mahasiswa dipercaya memiliki tingkat intelektual yang lebih baik oleh sebab itu mereka lebih didengar. Maka, jika seorang mahasiswa memiliki akun media sosial sendiri diharapkan mahasiswa tidak menggunakannya sebagai sarana yang negatif namun untuk mengubah kebobrokan itu sendiri. Mahasiswa sebaiknya menuliskan pendapat yang segar mengenai bagaimana sebaiknya media sosial itu digunakan. Membagikan hal-hal yang sedang hangat diperbincangkan dan menulis beberapa pendapat tentang berita tersebut secara bijak tanpa memihak dan menambahkan kebencian didalamnya. Yang paling penting, mahasiswa harus mampu menyadarkan orang-orang yang ada di jejaring sosialnya  agar bersosial media secara bijak dengan cara mengomentari hal yang salah, tidak tersulut emosi dan tentu saja memberikan analogi sederhana mengapa bersosial media itu harus bijak dan bertanggung jawab dan apa hukumannya jika menyebarkan hal-hal yang melanggar undang-undang tentang teknologi dan informasi.

Sebagai kesimpulan, mahasiswa memiliki senjata sendiri dalam merubah kesalahan bersosial media yaitu status mahasiswa mereka sendiri melalu pendapat cerdas, semangat dan kualitas.

Beasiswa www.dataprint.com

No comments:

Post a Comment