Thursday, March 24, 2016

Pedih...

Dear blog kesayanganku,

Terimakasih sudah ada dan selalu menjadi tempat untuk menampung semua cerita-ceritaku. Kali ini aku mau membagi satu kisah pahit yang baru saja aku buat sendiri. Aku tak tahan lagi memendam semua walaupun aku sudah berusaha terlalu keras untuk tegar.

Hari ini aku memutuskan untuk mengakhiri kisahku dengan si Ucok. Ini terjadi bukan karena kesalahpahaman, melainkan aku yang salah memahami diriku sendiri. Apakah aku yang salah jika aku cemburu kepada pacarku sendiri? Aku yang salah kalau sungguh-sungguh tulus menyayangi seseorang, sampai aku tak rela ada perempuan lain yang menyimpan rasa untuknya?. Bagi mereka aku yang seperti ini salah. Bagi mereka aku kekanak-kanakan mencemburui  pacar sendiri yang masih ada komunikasi dengan mantannya. Mereka betul-betul tak mengerti terlukanya hatiku, bahkan jika melihat mereka "say hallo" saja.. Salah ya aku begitu mencintai seseorang sampai benar-benar tak rela jika pacarku berpaling pada siapapun juga?

Haha, tapi mereka mengatai aku berlebihan dan tak rasional. Hey, pernahkah kau mengandalkan logikamu jika sedang jatuh cinta? Aku sudah mencoba untuk maklum dan bersabar, tapi yang kurasakan hanyalah luka. Semakin sakit saja, menjelang tidur aku bertanya-tanya, "apa yang mereka bicarakan sampai selama itu?", "apa mungkin mereka masih saling suka?", "Bla bla bla bla bla..." semua pikiran negative menghantuiku. Hei, dan jangan fikir aku tak mencoba berfikir positif, aku sudah berusaha bahkan sangaaat sangaaat berusaha. Tapi tetap saja aku gagal memaklumi kalau mantan pacar itu bisa berteman. Cuma satu hal yang ingin aku dengar darimu, sayangku : "Ya aku berjanji gak akan pernah berkomunikasi dengan mantanku". Hanya itu kalimat yang mau ku dengar, walaupun suatu saat kau berbohong tapi hanya itu kalimat yang bisa membuat hatiku kembali tenang. Tapi kau malah menyodoriku kalimat "apa salah berteman sama mantan sendiri?" kalimat yang semakin memperburuk moodku.

Jadi, dari pada aku harus melukai hatiku sendiri lebih baik aku memilih satu-satunya jalan yang akan
(setidaknya) mengurangi beban pikiranku. Kita akhiri saja hubungan kita, dan tak akan adalagi yang mengeroyokimu dengan kalimat-kalimat cemburuku. Tak akan adalagi yang merengek-rengek seperti anak kecil padamu. Tak akan adalagi tuntutan-tuntutanku agar kau segera memperhatikanku. Aku takan komplain lagi kau dekat atau telfonan dengan siapa. Tak ada lagi yang ngambek karna bbmku lama kau balas. Ya, walaupun luka hatiku tak tau kapan sembuhnya, tetapi aku berjanji untuk tidak membebanimu lagi dengan sifat konyolku.

Dan untukmu sayangku, semoga kau bahagia tanpa aku.

Dari seorang wanita yang benar-benar mencintaimu dan hampir lost control.

 

No comments:

Post a Comment